Senin, 30 Desember 2013

Nilai Tukar Rupiah, Berpeluang Menutup Akhir 2013 di Posisi Rp12.200

Setelah pasar memperoleh kepastian pengurangan stimulus moneter Bank Sentral AS (tapering), kini perhatian pasar tertuju pada kondisi ekonomi internal. Rupiah tengah menantikan rilis data perekonomian pekan ini.
Di sisi lain, larangan ekspor mineral mentah turut mempengaruhi sentimen pasar terhadap kinerja ekspor-impor Indonesia. Dengan kondisi demikian, besar kemungkinan rupiah bakal menutup 2013 dengan  posisi Rp12.200-an.
Ekonom dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan larangan yang rencananya berlaku per Januari 2014 ini diaplikasikan pada waktu yang kurang tepat. Di tengah defisit neraca transaksi berjalan dan penurunan harga komoditas tambang, beleid tersebut bisa memicu sentimen negatif.
“Sentimen kekhawatiran cadangan devisa dan ketidakkonsistenan dalam menjalankan. Mungkin saja tidak terlalu besar asal ada ekspor lain yang bisa menutup kekurangannya,” ungkap Lana saat dihubungiBisnis, Jumat (29/12).
Meski tak ada data pasti, dia memperkirakan ekspor mineral mentah menyumbang sekitar US$600 juta per bulan. Dia mengatakan, jika larangan ini diaplikasikan tepat waktu, yaitu sekitar 2 tahun lalu, harusnya saat ini pemerintah tinggal menikmati hasilnya dan mengawasi.

Sebagai catatan, Indonesia adalah salah satu negara produsen  dan eksportir komoditas tambang terbesar di dunia. Batubara, nikel, timah, dan bijih besi adalah segelintir bahan tambang yang menjadi andalan ekspor nonmigas Indonesia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra. Menurutnya, di tengah ketiadaan sentimen positif larangan ekspor ini turut berpengaruh terhadap sentimen yang mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda.
Dia menambahkan, pekan depan bursa juga akan libur tahun baru. Hal itu akan lumayan menekan pelemahan rupiah. Selanjutnya pasar akan menunggu data-data perekonomian penting dari dalam negeri, seperti inflasi dan neraca perdagangan.
Nggak terlalu banyak gerakannya sekarang, menunggu aktif lagi awal tahun. Itu yang dinanti data pasar,” katanya. Saat ditanya tentang prediksi data, Ariston mengatakan belum mengkaji prediksi inflasi Desember.
Namun dari grafik pergerakan rupiah yang diamati Ariston menilai rupiah akan bergerak pada kisaran cukup lebar pekan ini, yaitu Rp12.160—Rp12.300 per dolar AS. Berbeda dengan Ariston, Lana justru cukup optimistis bahwa tren inflasi belakangan masih ada pada koridor penurunan.
Dia berharap data importasi Indonesia akan menunjukkan penurunan secara konsisten. Di sisi lain, di luar dugaan Lana melihat indikasi masih ada permintaan dolar dalam jumlah besar di pasar yang menggerus nilai rupiah jelang akhir tahun ini.
Dengan kondisi demikian, katanya, rupiah berpotensi besar untuk ditutup pada level Rp12.200-an pada akhir tahun. Merosot tajam dibandingkan dengan pembukaan rupiah di awal 2013 pada Rp9.653 per dolar AS.


ANALISA:
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
amun, apa yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan atasnya rendah? Setidaknya ada dua faktor. Pertama, keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Faktor kedua yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor. Dalam Tabel 1 di bawah, kita bisa lihat, defisit neraca nilai perdagangan Indonesia selama Januari-Juli 2013 adalah -5,65 miliar Dollar AS. Sektor nonmigas sebenarnya mengalami surplus 1,99 miliar Dollar AS. Namun, surplus di sektor nonmigas tidak bisa mengimbangi defisit yang sangat besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 miliar Dollar AS.
Ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, maka yang biasanya mencolok terkena dampaknya adalah harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Karena harga komoditi impor dipatok dengan mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan naik.

http://indoprogress.com/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampaknya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar